IDHUL’ADHA
Pagi
ini udara sangat segar dan awal hari yang cerah, burung kembali berbunyi menyambut
terang matahari yang mulai menampakan sinarnya memberi kehangatan pada miliaran
makhluk dibumi ini. Membuat embun-embun
menyinarkan pesonanya. Sehingga tampak jelas kebesaran dan karunia Allah SWT
untuk hamba-hambanya.
Pada
Idhul’adha kali ini suasananya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu
banyak orang yang berbondong-bondong untuk mencari hewan Qurban, baik itu sapi
atau pun kambing. Namun yang berbeda pada Qurban tahun ini yaitu tepatnya pada
bulan Agustus ini banyak sekali hal-hal yang terjadi. Dari mulai diadakannya
event Asian Games, event 17 Agustus (Kemerdekaan RI yang ke-73), dan musibah
gempa di Lombok. Ini merupakan suatu hal yang langka terjadi karena dalam bulan
yang sama banyak sekali momen-momen besar terjadi.
Kembali
lagi pada acara Idhul’adha yang tinggal menghitung hari dan ini merupakan salah
satu hari raya ummat muslim yang ditunggu-tunggu baik oleh kalangan yang mampu
maupun kalangan yang tidak mampu. Karena hari raya ini memberikan keberkahan
kepada semua orang. Begitupun kepada masyarakat Lombok walaupun mereka terkena
musibah dengan adanya gempa yang mengakibatkan rumah dan harta mereka hancur
serta terpisah dari keluarga mereka. Namun tidak menghalangi mereka untuk
merasakan keberkahan bulan Dzulhijjah ini.
Pada
kesempatan kali ini, saya ingin menceritakan kejadian unik pada Qurban tahun
lalu dimana ada seekor sapi yang menangis ketika akan disembelih. Saya mendapat
berita dari salah seorang yang membantu proses penyembelihan tersebut. Ketika
saya, keluarga dan tetangga saya sedang berkumpul dan ngobrol-ngobrol tiba-tiba
beliau datang dan membuka percakapan “Lagi
apa ibu-ibu?” tetangga saya menjawab “Lagi pada ngbrol aja mang” beliau mulai bercerita
“ ibu-ibu tadi ada kejadian unik waktu penyembelihan sapi di Rw sebelah”. Kami
sontak bertanya “Kejadian unik apa mang?” beliau menjawab “Tadi ada sapi yang
nangis pas mau disembelih” tetanggaku terperangah “ahh.. masa sih mang. Jangan
banyak bercanda mang, masa sapi bisa nangis” beliau menjawab kembali “Eehh si
ibu mah gak percaya. Bener bu tadi waktu pak ustadz lagi membaca do’a sapinya
malah ngeluarin air mata”.
Kemudian
kami meminta beliau menceritakan lebih rinci “Coba mang ceritain lebih rinci”
beliau langsung bercerita “Jadi ceritanya gini. Pas awalnya sapi itu biasa aja
malah lincah muter-muter dibawah pohon yang mengikatnya. Tapi tingkah sapi itu berubah
saat kami mengeluarkan alat-alat untuk penyembelihan, sapi itu mulai diem gak
muter-muter dan malah keliatan lemes. Tapi yang lebih aneh waktu sapi itu mulai
di ikat dan mulai dibaringkan untuk proses penyembelihan dan waktu pak ustadz
memanjatkan do’a keliatan ada air yang ngalir dari mata sapi itu. Gitu ibu-ibu ceritanya,
saya gak bercanda itu beneran” kami pun
diam termenung sesaat, lalu tetangga saya menyaut kembali “ohhh.. gitu mang.
Mungkin sapinya sedih mang karena mau disembelih” “ya, mungkin bu...keliatan
sih sapi itu pasrah banget waktu mau disembelih” saut beliau.
Kemudian
kami pun menjawab kembali “Kasian atuh mang, padahal jangan disembelih” mamang
itu menjawab “Ahh.. si ibu mah masa iya gak jadi disembelih kan emang sudah
waktunya disembelih. Kasian yang punyanya kalau gak jadi disembelih sudah
cape-cape nyari sapinya supaya bisa berkurban tahun ini, ini malah gak jadi
disembelih” akhirnya tetangga saya menjawab respon beliau “Iya sih mang. Tapi
aneh atuh mang ada sapi yang bisa nangis, sayang mending dipelihara saja. Saya
juga mau kok memeliharanya” mamang merespon “Ya bisa atuh bu, kan sapi juga
makhluk Allah, gak ada yang gak mungkin kalau Allah sudah berkehendak. Sok atuh
bu ibu nyari aja sapi yang bisa nangis nanti ibu pelihara, kalau sudah dapet
kasih tahu saya nanti kita tes pake golok” respon si mamang sambil
senyum-senyum. Tetangga saya kembali menjawab “Mamang mah ahh suka gitu”.
Akhirnya perbincangan kami pun yang awalnya serius menjadi sebuah guyonan. “ya
sudah, saya pamit dulu ya ibu-ibu” beliau pun pamit. Kami menjawab “iya mang
silahkan”. “ yuk ahh bu saya pamit dulu, saya belum masak nih” kata ibu saya.
“iya bu saya juga sama, tapi saya mau mandi udah cukup sore nih” tetangga saya
menyaut. Akhirnya kami pun bubar.
Begitulah
cerita unik saat Qurban tahun lalu yang ada di desa kami tepatnya di Rw sebelah
yaitu Rw 13. Dan kejadian ini membuat saya mengambil kesimpulan pesan moralnya
adalah bahwasanya sapi saja hewan yang tidak punya akal mampu bersikap ikhlas
ketika akan disembelih sekalipun sapi itu harus kehilangan nyawa tapi demi
perintah Allah dan atas kehendak Allah sapi itu akhirnya bisa ikhlas. Nah,
begitupun kita. Kita harus senantiasa ikhlas dalam menjalankan segala kehidupan
kita walaupun ujian kita berat kita harus senantiasa ikhlas dan sabar demi
mendapatkan ridho Allah SWT.(Gungun Aditia,2018)