Rabu, 15 Agustus 2018

IDHUL 'ADHA


IDHUL’ADHA
Pagi ini udara sangat segar dan awal hari yang cerah, burung kembali berbunyi menyambut terang matahari yang mulai menampakan sinarnya memberi kehangatan pada miliaran makhluk  dibumi ini. Membuat embun-embun menyinarkan pesonanya. Sehingga tampak jelas kebesaran dan karunia Allah SWT untuk hamba-hambanya.
Pada Idhul’adha kali ini suasananya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu banyak orang yang berbondong-bondong untuk mencari hewan Qurban, baik itu sapi atau pun kambing. Namun yang berbeda pada Qurban tahun ini yaitu tepatnya pada bulan Agustus ini banyak sekali hal-hal yang terjadi. Dari mulai diadakannya event Asian Games, event 17 Agustus (Kemerdekaan RI yang ke-73), dan musibah gempa di Lombok. Ini merupakan suatu hal yang langka terjadi karena dalam bulan yang sama banyak sekali momen-momen besar terjadi.
Kembali lagi pada acara Idhul’adha yang tinggal menghitung hari dan ini merupakan salah satu hari raya ummat muslim yang ditunggu-tunggu baik oleh kalangan yang mampu maupun kalangan yang tidak mampu. Karena hari raya ini memberikan keberkahan kepada semua orang. Begitupun kepada masyarakat Lombok walaupun mereka terkena musibah dengan adanya gempa yang mengakibatkan rumah dan harta mereka hancur serta terpisah dari keluarga mereka. Namun tidak menghalangi mereka untuk merasakan keberkahan bulan Dzulhijjah ini.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin menceritakan kejadian unik pada Qurban tahun lalu dimana ada seekor sapi yang menangis ketika akan disembelih. Saya mendapat berita dari salah seorang yang membantu proses penyembelihan tersebut. Ketika saya, keluarga dan tetangga saya sedang berkumpul dan ngobrol-ngobrol tiba-tiba beliau datang dan  membuka percakapan “Lagi apa ibu-ibu?” tetangga saya menjawab “Lagi pada ngbrol aja mang” beliau mulai bercerita “ ibu-ibu tadi ada kejadian unik waktu penyembelihan sapi di Rw sebelah”. Kami sontak bertanya “Kejadian unik apa mang?” beliau menjawab “Tadi ada sapi yang nangis pas mau disembelih” tetanggaku terperangah “ahh.. masa sih mang. Jangan banyak bercanda mang, masa sapi bisa nangis” beliau menjawab kembali “Eehh si ibu mah gak percaya. Bener bu tadi waktu pak ustadz lagi membaca do’a sapinya malah ngeluarin air mata”.
Kemudian kami meminta beliau menceritakan lebih rinci “Coba mang ceritain lebih rinci” beliau langsung bercerita “Jadi ceritanya gini. Pas awalnya sapi itu biasa aja malah lincah muter-muter dibawah pohon yang mengikatnya. Tapi tingkah sapi itu berubah saat kami mengeluarkan alat-alat untuk penyembelihan, sapi itu mulai diem gak muter-muter dan malah keliatan lemes. Tapi yang lebih aneh waktu sapi itu mulai di ikat dan mulai dibaringkan untuk proses penyembelihan dan waktu pak ustadz memanjatkan do’a keliatan ada air yang ngalir dari mata sapi itu. Gitu ibu-ibu ceritanya, saya gak bercanda itu beneran”  kami pun diam termenung sesaat, lalu tetangga saya menyaut kembali “ohhh.. gitu mang. Mungkin sapinya sedih mang karena mau disembelih” “ya, mungkin bu...keliatan sih sapi itu pasrah banget waktu mau disembelih” saut beliau.
Kemudian kami pun menjawab kembali “Kasian atuh mang, padahal jangan disembelih” mamang itu menjawab “Ahh.. si ibu mah masa iya gak jadi disembelih kan emang sudah waktunya disembelih. Kasian yang punyanya kalau gak jadi disembelih sudah cape-cape nyari sapinya supaya bisa berkurban tahun ini, ini malah gak jadi disembelih” akhirnya tetangga saya menjawab respon beliau “Iya sih mang. Tapi aneh atuh mang ada sapi yang bisa nangis, sayang mending dipelihara saja. Saya juga mau kok memeliharanya” mamang merespon “Ya bisa atuh bu, kan sapi juga makhluk Allah, gak ada yang gak mungkin kalau Allah sudah berkehendak. Sok atuh bu ibu nyari aja sapi yang bisa nangis nanti ibu pelihara, kalau sudah dapet kasih tahu saya nanti kita tes pake golok” respon si mamang sambil senyum-senyum. Tetangga saya kembali menjawab “Mamang mah ahh suka gitu”. Akhirnya perbincangan kami pun yang awalnya serius menjadi sebuah guyonan. “ya sudah, saya pamit dulu ya ibu-ibu” beliau pun pamit. Kami menjawab “iya mang silahkan”. “ yuk ahh bu saya pamit dulu, saya belum masak nih” kata ibu saya. “iya bu saya juga sama, tapi saya mau mandi udah cukup sore nih” tetangga saya menyaut. Akhirnya kami pun bubar.
Begitulah cerita unik saat Qurban tahun lalu yang ada di desa kami tepatnya di Rw sebelah yaitu Rw 13. Dan kejadian ini membuat saya mengambil kesimpulan pesan moralnya adalah bahwasanya sapi saja hewan yang tidak punya akal mampu bersikap ikhlas ketika akan disembelih sekalipun sapi itu harus kehilangan nyawa tapi demi perintah Allah dan atas kehendak Allah sapi itu akhirnya bisa ikhlas. Nah, begitupun kita. Kita harus senantiasa ikhlas dalam menjalankan segala kehidupan kita walaupun ujian kita berat kita harus senantiasa ikhlas dan sabar demi mendapatkan ridho Allah SWT.(Gungun Aditia,2018)